KPAD News, 27/04/13
Kota Malang, sebuah kota yang pernah terukir menjadi kandidat Ibu Kota Negara Republik Indonesia memiliki sejarah yang tidak bisa dilepaskan dari kekuatan masyarakatnya. Sebuah kultur yang sudah mengakar semasa Ken Arok hingga saat ini dengan identitasnya AREMA. Bangsa penjajah Belanda sempat berpikir bahwa Kota Malang yang berhawa sejuk dan dikelilingi oleh pegunungan merupakan kawasan yang sangat cocok untuk kaum Bangsawan Belanda. Dalam buku Menciptakan Masyarakat Kota, Reza, penulis buku tersebut menyampaikan kisah menarik bahwa Kota Malang didesain mirip dengan desain Kota bekas koloni Inggris seperti Nairobi, Lusaka dan Salisbury yang memisahkan Warga Eropa dengan penduduk Pribumi, bahkan di Kota Malang, semasa penjajahan Belanda, untuk pemukiman Belanda harus dipisahkan dengan tembok dan posisi rumah bangsawan Belanda lebih tinggi datarannya dibanding warga pribumi. Tetapi bentuk-bentuk perlawanan tetap berkobar di masyarakat Kota Malang dengan mempertahankan nilai-nilai dan tradisi yang tidak dimiliki oleh Kota Lain, sehingga tidak heran semenjak tahun 1930 Kota Malang termasuk wilayah yang memiliki jumlah in-migration cukup besar di wilayah Jawa. Hal ini pula yang menyebabkan hingga saat ini Kota Malang memiliki daya tarik sendiri dibanding Kota lain di Indonesia.